Main My profile Registration Log out Login
Welcome Guest | RSS
Minggu
01 Des 2024
1:41 PM
..:::  Forum gratiss  :::..   "semuanya serba gratis di situs ini"
[ New posts · Members · Forum rules · Search · RSS ]
  • Page 1 of 1
  • 1
Forum moderator: makanasi, verchiel  
A very good story....that will make you respect brother hood
verchielTanggal: Senin, 02 Mar 2009, 7:57 PM | Posting # 1
Major general
Group: Moderators
Total posting: 1122
Reputasi: 21
Status: Offline
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri ima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
“Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya! ” Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?” Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.”
yah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya, kkalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.”
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20 tahun. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) .
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, ” Ada seorang ppenduduk dusun menunggumu di luar sana !” Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?”
Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu? ” Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu.”
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20, Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk
membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.”
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya. “Tidak, tidak sakit.. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…” Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23, Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?” Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!”
“Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.” Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Diterjemahkan dari : “I cried for my brother six times”

 
emozzzTanggal: Selasa, 03 Mar 2009, 4:55 PM | Posting # 2
Colonel general
Group: Moderators
Total posting: 2854
Reputasi: 20
Status: Offline
ok2... nice post... tp comment yg sama, kok d the lobby y ?? nd merasa aneh t ?? swt.. wkakakaka...
 
makanasiTanggal: Selasa, 03 Mar 2009, 5:29 PM | Posting # 3
Major general
Group: Moderators
Total posting: 1438
Reputasi: 39
Status: Offline
nda TQ
 
emozzzTanggal: Selasa, 03 Mar 2009, 7:57 PM | Posting # 4
Colonel general
Group: Moderators
Total posting: 2854
Reputasi: 20
Status: Offline
ra ngomong mbe kw... swt...
 
verchielTanggal: Selasa, 03 Mar 2009, 8:45 PM | Posting # 5
Major general
Group: Moderators
Total posting: 1122
Reputasi: 21
Status: Offline
trs dmn yo??

heart to heart??

aku bingung ki meh t post dmn
aku nangis yo baca nih crita
cry cry cry cry

 
jazzhandTanggal: Selasa, 03 Mar 2009, 8:48 PM | Posting # 6
Major
Group: Active users
Total posting: 466
Reputasi: 6
Status: Offline
males ik meh baca

tulisane banyak. padat. tapi ketoke bagus sih

lain kali tak baca wes.. nek gi niat. hehe dry

 
makanasiTanggal: Selasa, 03 Mar 2009, 8:50 PM | Posting # 7
Major general
Group: Moderators
Total posting: 1438
Reputasi: 39
Status: Offline
Quote (verchiel)
aku nangis yo baca nih crita

baca gini nangis....
nyikso wong ra nangis....
 
verchielTanggal: Selasa, 03 Mar 2009, 8:53 PM | Posting # 8
Major general
Group: Moderators
Total posting: 1122
Reputasi: 21
Status: Offline
baca lo
bagus lo

nyikso sopo???
ah aku tobat wes ora nyikso neh
soale seng t sikso ki lucu2
jadi rasa bersalah g ada>.<

 
PeacE^^Tanggal: Selasa, 03 Mar 2009, 9:04 PM | Posting # 9
Major
Group: Moderators
Total posting: 524
Reputasi: 18
Status: Offline
nice post...
terharu...
cry cry cry
 
makanasiTanggal: Selasa, 03 Mar 2009, 9:06 PM | Posting # 10
Major general
Group: Moderators
Total posting: 1438
Reputasi: 39
Status: Offline
Quote (verchiel)
ah aku tobat wes ora nyikso neh

JANGANLAH BERSAKSI DUSTA !
wes nglanggar perintah Allah kwe...
 
verchielTanggal: Selasa, 03 Mar 2009, 9:35 PM | Posting # 11
Major general
Group: Moderators
Total posting: 1122
Reputasi: 21
Status: Offline
aku omg aku wes ora meh nyikso van
bkn omg aku uda g nyikso
swt dah

baca baik2

hua tik tq so much

wkwkwk
rep dong

 
makanasiTanggal: Selasa, 03 Mar 2009, 9:36 PM | Posting # 12
Major general
Group: Moderators
Total posting: 1438
Reputasi: 39
Status: Offline
ora meh mbek nggak ki opo bedone....
jan korea wes salah d benerke yo ra gelem
 
verchielTanggal: Kamis, 05 Mar 2009, 3:11 PM | Posting # 13
Major general
Group: Moderators
Total posting: 1122
Reputasi: 21
Status: Offline
huahua

y2 van
ojo ngamuk
zzzz

 
nsQuareTanggal: Kamis, 05 Mar 2009, 3:40 PM | Posting # 14
Major general
Group: Users
Total posting: 1212
Reputasi: 19
Status: Offline
*.*
mataQ berkaca2 ik baca ini..
wow.. adek e keren bgD...
sayang nda smw adek bisa ky gitu..
keren bgD ya adek e?? rela ngorbanin apa pun bwt kk e..
huaaaaa...
 
mimirioTanggal: Kamis, 05 Mar 2009, 5:28 PM | Posting # 15
Major
Group: Moderators
Total posting: 451
Reputasi: 17
Status: Offline
yo moga2 adekku koyo ngono..
amin2..
 
verchielTanggal: Jumat, 06 Mar 2009, 3:58 PM | Posting # 16
Major general
Group: Moderators
Total posting: 1122
Reputasi: 21
Status: Offline
wkwkwk

aku y mbaca ini mikir
kok adikku g gt y??
tp moso kknya minta smuanya mbek adike ??

minm kk e yo bantu adike to y
wkwkwk
duh tp keren bgt ne crita
mbaca brulang kali meh nangis rasane

 
emozzzTanggal: Sabtu, 07 Mar 2009, 8:13 AM | Posting # 17
Colonel general
Group: Moderators
Total posting: 2854
Reputasi: 20
Status: Offline
wkakakakkaka.... blm ta baca ig.... bnyk bgt... wkakakakak... tp ketoke apikk... hahaha....
 
nsQuareTanggal: Sabtu, 07 Mar 2009, 8:33 AM | Posting # 18
Major general
Group: Users
Total posting: 1212
Reputasi: 19
Status: Offline
apik og mozzz.. direkomendasikan..
so swiittt bgd.
nek km ky gitu sm cc mu
yakin cc mu bkl menangisssssssssssss.. terharu biruuuuuuuuuuuu..
hehehehehe..
btw iia sih.. kk nya cm nglakuin sswtu iiank simpel.. tp adeknya nglakuin iiank luar biasa cm buat bls.
hummmm~~
crita ini smp tak critake papiQ lho0o
 
verchielTanggal: Sabtu, 07 Mar 2009, 4:18 PM | Posting # 19
Major general
Group: Moderators
Total posting: 1122
Reputasi: 21
Status: Offline
wkwkwk
aku seneng neh crita ku di critake

btw prtama kale aku baca iin nangis yo...
adike keren bgt...
coba dunia ini dipenuhi org2 kaya gt

 
  • Page 1 of 1
  • 1
Search:


 Denny's Page © 2024
Make a free website with uCoz