Seorang istri mencium kening suaminya saat suaminya sedang tertidur pulas. Namun, suaminya terlalu pulas untuk menyadarinya. Malam berikutnya, sang istri kembali mencium kening suaminya saat suaminya tertidur pulas. Hal ini adalah kebiasaan yang selalu dilakukannya setiap malam. Kini, dia dikaruniai seorang anak yang mengisi kehidupan rumah-tangganya. Betapa senangnya dia saat itu, karena dia mendapatkan warna baru dalam hidupnya. Dia merawat anaknya dengan penuh kasih sayang, mendidiknya, mengajaknya berbicara dan menciumnya. Kini harinya terasa lebih indah.
Biasanya dia hanya sendiri, tak ada teman dan hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga sebagaimana layaknya seorang istri pada umumnya. Saat malam tiba, suaminya pulang dan kemudian beristirahat, tak ada waktu untuknya. Namun dia mengerti keadaan tersebut, karena suaminya lelah bekerja seharian.
Namun kebahagiaannya tidak bertahan lama. Kini anaknya telah tumbuh dewasa. Tidak lagi menemani dia. Anaknya menghabiskan waktunya dengan sekolah, belajar dan bermain game, dan saat malam tiba, anaknya tidur untuk melanjutkan aktivitas di esok hari.
Suatu malam, anak tersebut terbangun karena dia ingin pergi ke toilet. Cepat-cepat dia menuju ke toilet, melewati ruang tamu dan dia melihat ibunya sedang mencium ayahnya yang tertidur disofa sambil menangis.
Anak tersebut kembali kekamarnya setelah pergi ketoilet. Namun dia tidak dapat tertidur, karena memikirkan kejadian yang baru dilihatnya. ‘krek’, terdengar suara pintu kamarya dibuka, segera dia memejamkan matanya, karena dia tahu ibunya masuk.
Ibunya kemudian duduk disampingnya dan mencium keningnya seperti mencium kening ayahnya sambil mengucurkan air mata. Dia sungguh tidak mengerti mengapa ibunya harus menangis.
Hari demi hari, dia memperhatikan ibunya. Setiap malam pasti ibu akan mencium kening ayah dan keningnya. Karena penasaran, dia bertanya pada ibunya, alasan mengapa ibunya selalu mencium kening ayahnya dan keningnya sambil mencucurkan air mata. Ibunya hanya menjawab bahwa dia senang saat mencium kening mereka.
Bertahun-tahun berlalu, kini anak tersebut telah tumbuh dewasa dan telah menikah, serta memiliki anak. Dia belajar dari ibunya, untuk mencium kening istri dan anaknya. Dia merasa binggung, karena setiap kali dia mencium kening istri dan anaknya, dia merasa senang, namun tidak mengucurkan airmata.
Hari demi hari dia melakukan hal yang sama, namun dia tidak pernah meneteskan airmata sedikit pun.
Suatu ketika, istrinya meninggal, dan dia amat terpukul karenanya. Kini tiada lagi istri yang selalu menemaninya. Sekarang dia hanya memiliki seorang anak yang amat sangat dicintainya, harta dan mutiara baginya.
Dia berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup anaknya, sampai anaknya dapat bekerja dan memiliki keluarga sendiri.
Kini sudah saatnya baginya untuk pensiun. Sudah saatnya untuk menikmati masa tua.
Kini dia melewati harinya dengan kesepian dan rasa bosan, karena tiada teman yang menemaninya. Anaknya sibuk bekerja dan jarang memperhatikannya, apalagi anaknya tinggal ditempat lain.
Suatu ketika anaknya mengunjunginya dan tidur disana. Saat malam hari, seperti biasanya dia mencium kening anaknya, namun kali ini, dia mencucurkan airmata.
Akhirnya dia mengerti apa yang dirasakan ibunya selama ini. Ibunya mencucurkan airmata saat menciumnya bukan karena senang, namun karena sedih. Sedih karena orang yang amat dicintainya tidak ada untuknya dan bahkan tidak memperhatikannya sedikitpun.
Memang menyedihkan, namun demikian, malam hari adalah saat yang indah, karena dia dapat berada disamping anaknya ketika anaknya tertidur pulas dan mengungkapkan kasih sayangnya kepada anaknya. Sekalipun anaknya tidak dapat merasakannya, namun dia senang karena dia tahu anaknya bahagia tanpanya dan dia dapat tetap berada disamping anaknya walau hanya pada saat malam hari.