Main My profile Registration Log out Login
Welcome Guest | RSS
Minggu
01 Des 2024
11:52 AM
..:::  Forum gratiss  :::..   "semuanya serba gratis di situs ini"
[ New posts · Members · Forum rules · Search · RSS ]
  • Page 1 of 1
  • 1
Forum moderator: emozzz  
Tanaman "KELADI TIKUS"
emozzzTanggal: Minggu, 08 Feb 2009, 4:32 PM | Posting # 1
Colonel general
Group: Moderators
Total posting: 2854
Reputasi: 20
Status: Offline
"KELADI TIKUS (RODENT TUBER) MAMPU SEMBUHKAN KANKER; DAN ALAMAT CANCER CARE INDONESIA"

JIKA ANDA MAU BERBAIK HATI TERHADAP SESAMA....TOLONG SEBARKAN
INFORMASI INI...

Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi
Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesiadapat
Memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman
"KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman
Obat yang dapat menghentikan Dan mengobati berbagai penyakit kanker Dan
Berbagai penyakit berat lain.

Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya
Tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanaman
Ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau,
Orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia ..

Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris
K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti
Sains Malaysia Dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga

Perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan
Pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru,
Singapura, Dan berbagai negara di dunia.

Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di
Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker
Payudara stadium III Dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah
Kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus
Menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk
Menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.
"Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami
Menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan
Kerontokan rambut, selain kerusakan kulit Dan hilangnya nafsu makan,"
Jelas Patoppoi.

Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus
Berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan
Informasi mengenai penggunaan the Lin Qi di Malaysia untuk mengobati
Kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysiauntuk membeli
The tersebut,"
Ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah
Toko
Obat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat Dan membaca buku
Mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan
Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.
"Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut.
Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli the Lin Qi,
Tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum.
Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.

Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat
Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki Dan mencari tanaman
Tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,
Familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,
Mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman
Tersebut Dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di
Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.

Selang beberapa Hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi Dan menjelaskan bahwa

Tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar
Tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,"
Lanjut Patoppoi.
Akhirnya, dengan tekad bulat Dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai
Memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku
Tersebut
Untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya,
Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman
Tersebut.
"Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di
Pinggir sungai depan rumah Dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut
Tumbuh liar di
Pinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu.

Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami
Penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti
Rontok, kulitnya tidak rusak Dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makan
Ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.

Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani
Pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, Dan itu sungguh
Mengejutkan kami Dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Para
Dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada
Isterinya. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan
Dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi.

Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter
Pun mendukung Pengobatan tersebut Dan menyarankan agar
Mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak
Mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan
Pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali
Diundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena sesuatu hal, para
Dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan
Tanaman sebagai
Pengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.

Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan
Keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi
Dr.Teo

Melalui fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut banyak terdapat
Di Jawa Dan
Mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia.
Kemudian Dr .. Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu
Apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi.
Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam
Bahasa Indonesiadan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan

Agar kedua belah pihak bekerja sama Dan berkonsentrasi dalam usaha
nyata membantu penderita kanker di Indonesia.
Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai
meninggalnya Wing Wir yanto , salah satu wartawan handal Jawa
Pos,Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala,
penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan
salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan
di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan
tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut.
"Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos,"
ujar Boni.
Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari,
bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada sekitar
300 orang
yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani,
Buduran Sidoarjo.

Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim
stadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi.
Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku
dijual
untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos.
Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien
tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi,
karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.

Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi
berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno,
Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang , Malaysia . Di kantor Pusat
Cancer Care Penang, Malaysia , Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut

mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia ..
Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisi
revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut,
serta pengalaman
isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker.

 
  • Page 1 of 1
  • 1
Search:


 Denny's Page © 2024
Make a free website with uCoz