March 12, 2009
Terdakwa pembunuhan yang telah menghabiskan hampir 30 tahun di penjara karena kematian wanita muda di tahun 1979 kemungkinan bukan pembunuh yang sebenarnya. Hodgson, yang menderita sakit mental dan ditahan di rumah sakit penjara Albany, dihukum pada tahun 1982 terkait kasus pembunuhan Teresa de Simone,22, yang mayatnya ditemukan di Southampton pada Desember 1979.
Jika tuduhannya dicabut, Hodgson akan menjadi korban penahanan terlama karena kegagalan peradilan. Satu-satunya kasus yang dapat dibandingkan dengan kasus ini adalah Stephen Downing, yang dipenjara selama 27 tahun karena memukul tukang ketik Wendy Sewell sampai mati di Bakewell, Derbyshire, tapi dilepaskan di tahun 2002. Hodgson terus menerus mengatakan bahwa dia tidak bersalah, akhirnya pengacaranya meminta pada tahun lalu untuk me-review kasus itu dan melakukan test DNA, teknologi yang belum ada pada masa pengadilannya.
Miss De Simone, pegawai perusahaan minyak dan pelayan paruh waktu dibar, mendapat serangan seksual sebelum dia dicekik sampai mati dengan kalung salib yang dia kenakan.
Hodgson mengaku bahwa dia telah membunuh wanita itu saat dia menemukan wanita itu tidur dimobilnya dan dia mulai berteriak. Dia mengatakan dia menaruh tangannya dimulut wanita itu supaya dia diam dan akhirnya membunuh wanita itu.
Anehnya dipengadilan dia mengaku bahwa dia tidak bersalah dan mengatakan kepada dewan juri: "Saya ingin mengatakan kepada para anggota juri bahwa saya tidak dapat bersaksi karena saya menderita penyakit mental suka berbohong (pathological liar)".
Tuntutan didukung oleh bukti ilmiah yang menunjukkan jenis darah Hodgson sama dengan darah penyerang. Tapi diakhir persidangan dia diputuskan bersalah.
Pengacaranya meminta polisi Hampshire untuk me-review bukti dan khususnya melakukan test DNA. Departemen ahli Forensik menyimpan material dari kasus tersebut didalam arsip dan test DNA dilakukan pada cairan badan yang diambil dari TKP.
Ketika hasilnya dibandingkan dengan profil DNA Hodgson, ternyata hasilnya menunjukkan bahwa Hodgson bukanlah orang yang menyerang Miss de Simone.
Mary Sedotti, ibu dari korban, mengatakan dia kecewa dan tertekan karena pembunuh putrinya belum tertangkap dan dia terkenang lagi kejadian yang terjadi 30 tahun yang lalu. Dia menambahkan: "Seharusnya pada waktu itu dia tidak membuat pengakuan."