Jelang Madrid vs Liverpool: Torres Mandul di Bernabeu
Rabu, 25 Pebruari 2009 Madrid - Semua orang bilang, dua kunci utama Liverpool adalah Steven Gerrard dan Fernando Torres. Masalahnya, Gerrard diperkirakan absen dan Torres tak punya catatan manis setiap kali menghadapi Real Madrid.
Soal Gerrard, kapten yang juga gelandang inspirasional itu sudah tak merumput sejak tiga miinggu lalu karena cedera hamstring. Walaupun dibawa terbang ke Spanyol, tapi belum tentu ia siap diturunkan.
Nah, Torres dalam kondisi fit dan bakal memimpin lini depan The Reds saat bertandang ke Santiago Bernabeu di laga pertama babak 16 besar Liga Champions nanti malam atau Kamis (26/2/2009) dinihari WIB.
Yang menarik, sepanjang karirnya menghadapi Real Madrid di pertandingan kompetitif, Torres tak pernah mencetak gol di markas kebesaran tim raksasa itu. Bahkan selama enam tahun membela Atletico Madrid, tak pernah pula ia merasakan kemenangan di Bernabeu.
Kok bisa begitu El Nino?
Rabu, 25 Pebruari 2009
Madrid - Semua orang bilang, dua kunci utama Liverpool adalah Steven Gerrard dan Fernando Torres. Masalahnya, Gerrard diperkirakan absen dan Torres tak punya catatan manis setiap kali menghadapi Real Madrid.
Soal Gerrard, kapten yang juga gelandang inspirasional itu sudah tak merumput sejak tiga miinggu lalu karena cedera hamstring. Walaupun dibawa terbang ke Spanyol, tapi belum tentu ia siap diturunkan.
Nah, Torres dalam kondisi fit dan bakal memimpin lini depan The Reds saat bertandang ke Santiago Bernabeu di laga pertama babak 16 besar Liga Champions nanti malam atau Kamis (26/2/2009) dinihari WIB.
Yang menarik, sepanjang karirnya menghadapi Real Madrid di pertandingan kompetitif, Torres tak pernah mencetak gol di markas kebesaran tim raksasa itu. Bahkan selama enam tahun membela Atletico Madrid, tak pernah pula ia merasakan kemenangan di Bernabeu.
Kok bisa begitu El Nino?
"Aku tak tahu persis kenapa susah sekali mencetak gol ke gawang Real. Mungkin aku mencobanya terlalu keras karena aku begitu menginginkannya," tutur striker internasional Spanyol itu dilansir The Sun.
"Setiap penyerang punya sebuah tim lawan yang gampang dibobol. Dan untuk beberapa alasan, buatku tim tersebut adalah Barcelona. Rasanya aku justru lebih sering mencetak gol ke gawang mereka dibanding tim-tim lain di La Liga."
"Kalau kamu tak bermain untuk Barca atau Real di Spanyol, orang belum menilai Anda terlalu tinggi. Tapi pindah ke Liverpool telah memberiku kesempatan itu, untuk menunjukkan bahwa aku sudah sampai di level itu," tambah dia.
Akankah Torres memecahkan kebuntuannya mencetak gol ke gawang Madrid tengah malam nanti. Liverpudlians pasti mengharapkan demikian. Namun, seseorang akan mencegahnya mati-matian. Siapa? Pepe, bek tengah Los Blancos.
"Aku sangat suka berduel satu lawan satu dengan penyerang besar-kuat seperti Torres, karena aku memang menyukai berbagai tantangan. Tak ada yang lebih kunikmati kecuali pertarungan fisik yang ketat," tukas pemain asal Portugal itu.
"Kami berdua sama-sama tangguh, tapi aku punya sebuah keuntungan: dia bermain dengan bola, tapi aku tidak. Makin besar, kuat, dan hebat pemain lawan, aku semakin suka menghadapi mereka," imbuh Pepe.[color=red]
Added (25 Feb 2009, 5:56 Pm)
---------------------------------------------
Jelang Chelsea vs Juventus: Kala Tinkerman Bernostalgia
Rabu, 25 Pebruari 2009
London - Menjelang pertemuan Chelsea melawan Juventus, Claudio Ranieri mengenang kembali masa-masa ketika dia membesut The Blues. Termasuk bagaimana dia pernah merasa jadi 'zombie'.
Ranieri menukangi Chelsea di pada tahun 2000 hingga 2004. Selama periode itu, pelatih berjuluk The Tinkerman itu gagal memenangi satupun trofi. Bagaimanapun, Ranieri mengaku bahagia di Chelsea.
"Saya pikir saya tak banyak mengisi buku sejarah Chelsea, meskipun itu adalah tahun-tahun yang indah. Setiap tahun, terutama di tahun ketiga," ujar Ranieri mengenang seperti dilansir The Sun.
Pada tahun ketiganya, Ranieri relatif tidak mengeluarkan sepeser pun uang Chelsea untuk membeli pemain. Meski demikian, The Pensioners tetap sukses dihela Ranieri untuk menduduki tempat keempat dan lolos ke Liga Champions.
"Saya dikritik karena kebijakan rotasi saya, tetapi ketika kami mengalahkan Arsenal (di Liga Champions 2003-04--red) dan finis kedua (di Liga), orang-orang mulai sadar saya benar merotasi pemain agar mereka tak kelelahan," lanjut pria berusia 57 tahun itu.
Ranieri lantas dipecat pada tahun 2004 untuk kemudian digantikan oleh Jose Mourinho. Di musim terakhirnya di Stamford Bridge itu, Ranieri yang kini mengarsiteki Juventus merasa seperti zombie karena apapun prestasinya, ia tahu akan tetap diberhentikan.
"Bahkan jika kami bisa menjadi juara, saya tahu saya sedang menghitung hari. Tetapi saya menyukainya," kata Ranieri. "Saya tak pernah menyerah. Itulah bagian dari karakter saya."
Ranieri akan memimpin Juventus datang ke Stamford Bridge untuk bertarung di babak perdelapanfinal Liga Champions, Kamis (26/2/2009) dinihari WIB nanti. Allenatore berambut perak itu mengaku senang bisa 'pulang' ke stadion yang melepasnya dengan sebuah standing ovation di partai terakhirnya.
"Rasanya menyenangkan bisa kembali. Ketika undian itu dilakukan, saya merasa senang. Chelsea adalah favorit, tetapi kami tidak akan dengan mudah menyerah," tekad Ranieri.
Added (25 Feb 2009, 6:01 Pm)
---------------------------------------------
Drogba Ingin Hapus Memori Buruk Moskow
Rabu, 25 Pebruari 2009
London - Tekad Didier Drogba untuk membawa Chelsea menuju tangga juara Liga Champions sungguh menyala-nyala. Ia ingin menghapus memori buruk Moskow yang menghantuinya.
Drogba mengungkapkan tekadnya menjelang pertarungan Chelsea melawan Juventus di leg pertama perdelapanfinal Liga Champions di Stamford Bridge, Kamis (26/2/2009) dinihari WIB nanti.
"Gairah saya untuk memenangi trofi ini lebih besar dari sebelum-sebelumnya. Saya sudah kalah dua kali di semifinal dan sekali di final," ujar Drogba kepada Le Equipe seperti dikutip Daily Mail.
Bersama Chelsea, penyerang Pantai Gading itu memang belum pernah jadi yang terbaik di Liga Champions. Tahun 2005 dan 2007, The Blues rontok di semifinal dan tahun lalu mereka takluk dari Manchester United di partai puncak yang dihelat di Moskow.
"Ini adalah kompetisi yang sulit bagi kami. Kenangan di Moskow sangat sulit dihapus. Saya masih memikirkannya," imbuh bomber berusia 30 tahun tersebut.
Tahun ini, Chelsea memang baru berada di perdelapanfinal. Mereka masih harus melewati Juventus sebelum melangkah ke babak-babak berikut. Meski jalan ke final masih cukup jauh, Drogba bertekad untuk ke sana.
"Suporter kami berhak untuk memenangi Liga Champions dan tahun ini kami akan bermain hingga ke final dan kali ini kami akan membawa pulang trofi (Liga Champions) ke Stamford Bridge," tekad Drogba menyudahi.